Friday, September 02, 2016

Adalah Kuntum dan Duri

Sepagi tadi, ada rindu
Mengembun di pucuk-pucuk ilalang
Bening; hening

Lalu benci datang meradang
Bersama angin yang melenting-lenting
Dari tempat terjauh
Dari mimpi terburuk
Dari harapan yg terampas

Rindu yang mengembun tadi
Kehilangan bening,
Pun kehabisan hening

---


Wahai kamu,
Rindu dan benci ini
Adalah kuntum dan duri:
Adalah hati yang pernah mekar
Adalah dendam yang mengakar!



Monday, August 31, 2015

Samsung Galaxy Note 5: Kecanggihan dalam Genggaman

Siapa yang tidak punya ponsel saat ini? Hampir semua kalangan memiliki setidaknya satu ponsel bahkan lebih yang sejatinya sebagai alat komunikasi. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan teknologi, kecangihan alat komunikasi dalam genggaman ini pun terus dikembangkan. Setiap brand ponsel berlomba-lomba menciptakan terobosan baru melalui berbagai fitur canggih demi memanjakan penggunanya dengan segala kemudahan sekaligus pengalaman mengesankan dari sekedar sebuah alat komunikasi.

Nah, seberapa banyak atau seberapa hebat dan canggihnya pengalaman yang bisa ditawarkan oleh telepon genggam Anda?

Adalah Samsung, salah satu brand ponsel ternama dunia, dalam sebuah perhelatan akbar bertajuk Samsung Unpacked 2015 menggebrak segmen pasar ponsel khususnya berlayar lebar dengan produk terbarunya. Betapa tidak; tepat pada Kamis, 13 Agustus 2015 lalu, bertempat di Lincoln Center, New York, Amerika Serikat, Samsung telah resmi meluncurkan dua produk unggulan terbaru dan bisa jadi merupakan yang tercanggih di kelasnya saat ini, yakni Samsung Galaxy Note 5 dan Galaxy S6 Edge+.

Nyaris serupa tapi jelas tak sama, masing-masing ponsel ini membidik target pasar yang berbeda sesuai dengan fitur yang diunggulkannya. Jika Samsung Galaxy Note 5 ditujukan bagi Anda yang memerlukan perangkat canggih penunjang produktivitas di mana saja kapan saja, maka Galaxy S6 Edge+ hadir bagi mereka yang mencari ponsel hebat dari segi multimedia. Namun kali ini, tulisan ini akan lebih fokus membahas Samsung Galaxy Note 5, sebuah terobosan yang tak mungkin tidak menarik perhatian Anda.

Samsung Galaxy Note 5

Sebagai generasi Note paling anyar, Samsung Galaxy Note 5 jelas menyuguhkan terobosan-terobosan mutakhir dan fitur-fitur baru maupun yang disempurnakan yang akan memberikan Anda pengalaman lebih. Dari penampilannya saja, Samsung Galaxy Note 5 hadir dengan desain terbaru yang menjadikannya tampak lebih mewah. Kemewahan ini didukung pula dengan layar Super Amoled ukuran 5,7 inch Quad HD resolusi 2560 x 1440 pixel yang disebut-sebut memiliki kecerahan terbaik.

Bukan generasi Note namanya jika tidak dilengkapi dengan S-Pen. Nah, untuk Samsung Galaxy Note 5, S-Pen hadir dengan desain dan fungsi baru. Lebih ringan dan ramping, S-Pen memiliki respons dan presisi yang jauh lebih mumpuni dibanding pendahulunya sehingga memungkinkan Anda menghasilkan tulisan lebih baik. S-Pen di Samsung Galaxy Note 5 kini juga bisa digunakan untuk melakukan edit langsung pada dokumen PDF. Tentu ini sangat membantu mempermudah Anda dalam melakukan pekerjaan di mana saja dan kapan saja.

Hebatnya lagi, S-Pen bisa digunakan dalam keadaan layar tidak aktif (off screen) dengan cara langsung menuliskan ide atau apa pun di layar. Apa yang Anda tulis di layar akan langsung bisa disimpan. Terdapat pilihan warna Black Sapphire, White Pearl, Gold Platinum serta Silver Titanium.

Dengan berat 171 gram, ketebalan 7,6 mm dan mengusung desain unibodi (baterai tidak dapat dilepas), Samsung Galaxy Note 5 kini dilengkapi dengan RAM 4 GB. Hal ini memungkinkan performa Samsung Galaxy Note 5 tetap prima meski ponsel sedang membuka banyak aplikasi (multitasking). Apalagi Samsung Galaxy Note 5 juga dipersenjatai dengan prosesor Exynos Octa core (2,1 GHz Quad + 1,5 GHz Quad) dan sistem operasi Android 5.1 Lollipop yang berpengaruh besar dalam hal performa.

Perihal kamera, Samsung Galaxy Note 5 memiliki kamera belakang dengan resolusi 16 megapixel OIS (F1.9) dan bagian depan 5 megapixel (F1.9). Kameranya memiliki fungsi Quick Launch yang  memungkinkan Anda untuk menggunakan kamera kembali dalam waktu kurang dari 1 detik. Samsung Galaxy Note 5 juga didukung oleh Auto Real-Time High Dynamic Range (HDR), Smart Optical Image Stabilization (OIS) dan filter terbaru guna mendapatkan kualitas gambar yang mumpuni. Dapat diandalkan mengambil foto baik di dalam maupun luar ruangan, kameranya juga hebat dalam menghasilkan gambar dengan kualitas baik meski mengambil objek yang jauh (zoom).

Bagi Anda yang gemar merekam video, Samsung Galaxy Note 5 dipersenjatai fitur Steady Video yang menyuguhkan Video Digital Image Stabilizatio, baik pada kamera kamera depan dan belakang. Dengan fitur ini, kualitas video yang tajam dan hebat tak perlu diragukan. Menariknya lagi, adanya fitur Video Collage Mode memungkinkan Anda dapat merekam dan mengedit video pendek dalam beberapa frame dan bahkan dilengkapi dengan pilihan efek. Ultra High Quality Audio, fitur audio barunya akan memanjakan telinga Anda dengan kualitas suara yang super.

Selesai merekan dan mengedit video, Anda yang ingin membaginya ke kontak perorangan maupun publik dimudahkan dengan hadirnya Live Broadcast. Fitur ini adalah hasil kolaborasi Samsung dan YouTube untuk memanjakan Anda melakukan live streaming Full HD Video langsung dari ponsel melalui YouTube Live.

Jika ingin menghubungkan layar dan data dari ponsel ke komputer Anda, fitur Sidesync (PC-Phone Connection) tetap dapat diandalkan.

Saat ponsel Anda bisa melakukan banyak hal, tentu ia harus didukung dengan baterai yang prima. Samsung Galaxy Note 5 dilengkapi dengan baterai berkekuatan 3.000 mAh. Keunggulan lainnya, baterai ini berkemampuan mengisi baterai 33% lebih cepat. Hal ini tentu akan menghemat waktu Anda di tengah sibuknya rutinitas keseharian dan terutama kebutuhan Anda mengakses berbagai macam fitur dan kemudahan di genggaman Anda.

Untuk informasi lebih lengkap perihal keunggulan Samsung Galaxy note 5, kunjungi laman www.GalaxyLaunchPack.com dan silakan daftarkan diri Anda untuk mendapatkan informasi terbaru tentang Samsung Galaxy Note 5.

Friday, April 17, 2015

Diary Bumil #4: 10 Hal Yang Perlu Diketahui Bumil #9 Bulan

Thanks God It's Friday....

Ini kalimat juara yang kerap diucapkan oleh mereka (terutama) yang bekerja dari Senin hingga Jumat. Weekend akan selalu menjadi hari yang ditunggu-tunggu untuk bebas dari rutinitas kerja dan bisa memanjakan diri bersama orang-orang terdekat. Bagi saya pribadi, yang sedang menanti kelahiran bayi dan hampir tiap hari di rumah, kalimat ini tentu nggak terlalu bermakna,.. hehehee... Tapi thanks God bahwa cuaca mendung Jumat pagi di Bandar Lampung hari ini membuat mood menulis bersemi. 

Tulisan berikut lebih bersifat sharing, berdasar pengalaman pribadi dan informasi atau bacaan dari orang lain yang lebih ahli, baik itu dokter, bidan atau pun orang tua dengan pengalaman atau segala pengetahuan tradisional yang dipercaya turun temurun. 

Berikut beberapa hal yang baru saya ketahui, saya praktekkan dan mungkin menarik untuk bumil lain ketahui saat memasuki usia kandungan 9 bulan. 

#1 Asupan DHA/Omega 3

Memasuki trisemester ke-3 (7-9 bulan), adalah masa paling penting bagi perkembangan otak bayi. Untuk menunjang kebutuhan ini, dokter biasanya akan kasih vitamin yang mengandung DHA. Saya minum Inlacta namanya. Selain vitamin, sumber DHA bisa didapat dari makanan, seperti ikan salmon, udang, kepiting, biji kenari, minyak biji rami, dll. 

#2 Asupan Kalsium

Kalsium sangat penting untuk membentuk tulang yang kuat. Tapi nggak mudah memenuhi kebutuhan kalsium hanya dari makanan. Untuk itu, ibu hamil biasanya diberi vitamin kalsium dan sangat dianjurkan minum susu. 

Saya minum Prenagen. Awal kehamilan minum yang Emesis karena sering mual tapi sekarang saya minum yang Prenagen Mommy. Untungnya saya suka susu jadi nggak masalah.

Oh ya saya baru tahu, ternyata kekurangan kalsium dapat juga berakibat fatal untuk ibu. Bayi yang sedang tumbuh kembang ini, akan mengambil kalsium dari tubuh ibu. Hal ini bisa membuat sang ibu nantinya memiliki masa tulang yang kurang padat dan cepat keropos. 

#3 Menyiapkan Diri untuk Siap Menyusui

Dokter menyarankan untuk mulai minum asupan yang merangsang produksi ASI, seperti Lancar Asi, dll. Atau perbanyak makan sayur, terutama daun katuk yang dipercaya ampuh. Pijat payudara juga dianjurkan. Gunakan minyak zaitun ya (untuk masak/murni, bukan yang untuk pijat).

Saya ingin bisa menyusui secara eksklusif minimal 6 bulan. Semoga semuanya lancar jadi bisa terwujud. Amiin. 

Oh ya, menyusui ternyata dapat mencegah kanker pada ibu loh dan masih banyak lagi manfaat lainnya selain juga sangat baik untuk bayi. 

#4 Susah tidur

Saat perut makin besar, janin makin berat, maka keluhan sakit punggung atau pinggul tak terhindarkan. Duduk terlalu lama salah, berbaring miring salah, berbaring terlentang juga nggak nyaman. Untuk mengantisipasinya, nikmatilah saudara-saudara.... hehee.... Untuk meringankan keluhan, posisi tidur yang baik bagi ibu hamil adalah miring kiri (boleh juga balik ke kanan asal nyaman). Dan jang lupa, selipkan bantal dintara kedua kaki yang sedikit ditekuk (bayangkan posisi seperti orang yang agak meringkuk).

Ada juga tersedia bantal khusus ibu hamil, saya baru tahu bantal jenis ini kemarin saat mengunjungi toko online khusus bayi dan ibu hamil. Bentuknya didesain khusus agar ibu bisa tidur miring seperti yang tersebut di atas dengan lebih nyaman. Bantalnya agak aneh bentuknya.

Nih dia gambarnya:
Gambar diambil dari tipsibuhamil.com

#5 Haloo Kamar Mandi

Selain karena posisi tidur yang serba nggak enak dan serba salah, hal lain yang bikin bumil susah tidur adalah panggilan alam untuk sering bolak-balik kamar mandi. Seiiring dengan bertambah besarnya janin di dalam rahim, otomatis kandung kemih yang posisinya berdekatan dengan rahim akan tertekan hingga menyebabkan sering buang air kecil. Kenakan pakaian dalam berbahan katun atau sering ganti agar tetap nyaman dan tidak lembab. 

Dan jangan menahan buang air kecil karena bisa berakibat infeksi kandung kemih. 

#6 Banyaklah Jalan Kaki dan Lakukan Senam Hamil

Jalan kaki saat usia kandungan sudah sembilan bulan sangat dianjurkan demi kemudahan saat melahirkan secara normal. Tujuan utamanya adalah agar posisi kepala bayi berada di bawah dan mudah masuk ke jalan lahir. Jalan kaki berhubungan dengan gerak gravitasi bumi. Selain jalan kaki, ngepel atau mencuci sambil duduk jongkok juga boleh. 

Untuk mereka yang mengalami kaki bengkak saat hamil, bisa menyiasatinya dengan senam hamil atau jalan kaki di sekitar rumah saja, jadi kalau capek bisa langsung istirahat. Beruntung, saya tidak ada keluhan kaki bengkak atau varises yang mengganggu.

Oh ya untuk senam hamil, ada beberapa gerakan yang dianjurkan. Satu, tangan berpegangan pada sandaran kursi, kaki kanan lurus, kaki kiri melakukan gerakan melingkar (diputar) sebanyak 5-6 kali. Ulangi pada kaki kanan. Lakukan tiap pagi dan malam.

Kedua, berada dalam posisi merangkak, gerakkan badan ke depan sebanyak 5-6 kali setiap pagi dan malam.

Ketiga, berdiri dengan kaki dibuka selebar bahu. Secara perlahan, berjongkok lah dengan posisi punggung diusahakan tetap tegak. Berhenti beberapa saat, kemudian berdiri dan ulangi gerakan serupa sebanyak 5-6 kali setiap pagi dan malam. 

#7 Menghitung Gerakan Janin

Beberapa menyarankan untuk menghitung gerakan janin. Janin yang banyak bergerak menandakan janin yang sehat. Saat kita memperhatikan pola gerakan janin, kita mungkin akan hapal kapan saja waktu aktif dia bergerak.

Saya pribadi tidak pernah secara khusus menghitung gerakan janin saya. Soalnya janinnya sering gerak jadi saya pikir tidak perlu khawatir. Saya hapal kapan saja waktu janin aktif gerak, biasanya saat pagi hari, magrib atau malam menjelang tidur. Apalagi kalau saat-saat tersebut sang janin diajak bicara, didengarkan musik atau bacaan Quran, dia akan responsif. Atau satu lagi, saat ditinggal bapaknya keluar main atau kerja (terutama kalau ga dipamitin dulu).

#8 Bubur Kacang Hijau, Kelapa Muda, Minyak 

Makan bubur kacang hijau atau kelapa muda dipercaya dapat membuat bayi lahir dengan kulit lebih bersih. Selain itu kacang hijau juga baik gizinya dan juga baik untuk pertumbuhan rambut janin. 

Untuk minyak, baiknya diminum satu sendok saja setiap hari; dipercaya bisa membantu kelancaran proses kelahiran dan juga membuat bayi bersih. Ini resep tradisional, meski belum ada penelitian yang membuktikan secara khusus. Minyaknya minyak kelapa yang dibuat sendiri. Mama saya yang membuatkan untuk saya. Rasanya ringan, nggak selengket atau sekental minyak yang dijual di pasaran. 

Cara buatnya, kukus terlebih dahulu kelapa satu butir yang sudah diparut. Setelah itu kelapa tersebut diperas dan dimasak sambil diaduk-aduk hingga minyaknya keluar. Lalu pisahkan minyak dengan (kami menyebutnya) tahi minyak. Ups... Saya nggak tahu istilah lainnya. Intinya pisahkan minyak dengan residu yang terbentuk saat pembuatan minyak ini. 

#9 Latih Pernapasan

Saya pernah diajari untuk mulai berlatih olah napas yang penting saat nanti menghadapi kelahiran. Teknik pernapasan yang baik adalah menghirup napas dari hidung, buang lewat mulut secara perlahan, dan ngedennya jangan di tenggorokan tapi di bagian perut bagian bawah. Dan saya masih berlatih sekarang, no idea apakah tekniknya sudah benar atau tidak. 

Duuh nulis ini jadi takut ngebayangin nanti akan sesakit apa ya saat bayi seberat hampir 3 kilo berjuang untuk melihat dunia melalui vagina yang sempit. 

#10 Think Positive

Perihal rasa takut tadi, banyak yang bilang intinya harus selalu berpikir positif dan yakin bisa melalui proses kelahiran dan bisa menyusui dengan baik. Toh semua perempuan yang melahirkan bisa melaluinya.

Teknik hypnobirthing bahkan dipercaya dapat membantu proses kelahiran tanpa rasa sakit, yaitu dengan memaksimalkan afirmasi positif (sugesti) pada diri sendiri bahwa melahirkan adalah proses yang alami dan tubuh kita tahu cara mengatasinya. 

***


Sekali lagi tulisan ini sifatnya sharing. Saya bukan ahli, hanya seorang calon ibu yang sedang takjub menjalani proses kehamilan dan deg-degan menjelang proses kelahiran. 

Dan perlu diingat, setiap ibu hamil mungkin mengalami gejala yang tidak persis sama yang mungkin butuh penanganan atau tindakan antisipasi yang berbeda pula. 



Thursday, April 16, 2015

Diary Bumil #3: Menghitung Hari

Hari ini kamu tepat berusia (dalam kandungan) 9 bulan 10 hari. Menurut dokter, ini adalah usia matang janin untuk siap lahir ke dunia. Tapi kamu belum memberikan tanda-tanda yang signifikan perihal tersebut, kecuali rasa linu di bagian bawah sana yang datang sesekali.

"Kapan kita lahiran, Nak?" Melulu ini yang saya tanyakan. Rasanya udah nggak sabar untuk bertemu kamu. Apalagi kalau saya sedang dilanda kebosanan. Saya sangat berharap kamu bisa lahir bulan ini meski dokter memprediksi kamu akan lahir awal Mei. Dan saat USG kemarin (13/4), saya agak kecewa saat dokter bilang kamu belum masuk jalan lahir. Dan kalau dalam 2 minggu ke depan belum juga, kemungkinan untuk lahir secara normal jadi kecil... fiuuhh.... Semoga sebelum 2 minggu kamu sudah masuk jalan lahir ya, Nak. Saya percaya kita bisa. Saya akan banyak jalan pagi dan melakukan senam hamil lebih giat.

Kita sudah bekerjasama melewati sembilan bulan dengan baik meski kondisi saya sempat sangat lemah. Sempat di usia kandungan 6 bulan, kita mengalami flek (kabarnya karena kecapean) dan ari-ari kamu menutup jalan lahir, dan kalau nggak berubah berarti harus caesar. Tapi untungnya di bulan berikutnya, semuanya kembali normal. Tinggal selangkah lagi sekarang: masuk jalan lahir dengan baik lalu melahirkan dengan normal, sehat dan lancar. 

Gambar dari sini

Pada pemeriksaan kemarin, kami minta USG 4D. Dokter agak kesulitan mendapatkan gambar wajah kamu secara penuh karena ukuranmu sudah besar dan sudah memenuhi rahim. Baiknya USG 4D dilakukan saat usia kandungan 7 atau memasuki 8 bulan. Tapi, gemas sekali bisa melihat kamu (seperti) menguap lebar saat di USG. Kamu memang sering pose ya kalau diintip. Kata dokter kamu sedang menelan air ketuban. 

Pada USG 4D yang pertama (usia kandungan 5 bulan), kamu juga membuat kami gemas dengan pose tangan kirimu menempel di pipi saat kamu tidur miring. Dokter pun bahkan terkesan saat melihat layar yang menujukkan kaki kamu yang sebelah kamu angkat dan tumpukan ke lutut yang sebelahnya. Mengesankan sekali bagi saya bahwa janin bisa melakukan hal seperti itu. Itu persis gaya ayahmu saat ia berbaring sambil main game! 

Saat 4 bulan, kamu sudah pamer jenis kelamin. Dan saya sempat kaget karena perkiraan banyak orang (yang juga saya percayai) tentang jenis kelamin kamu ternyata meleset. Perkiraan tersebut memang masih didasarkan pada penampilan saya selaku ibu hamil, yang katanya kalau tampak lebih cantik maka janinnya perempuan, tapi kalau kucel kemungkinan laki-laki. Ternyata perkiraan menurut ukuran ini meleset. Baru setelah kamu agak besar, dan orang-orang melihat tampilan perut, baru deh banyak yang bener nebaknya.

Nama kamu sudah disiapkan, tapi kami belum menjatuhkan pilihan. Perlengkapan kamu sudah dibeli, sudah saya cuci dan setrika dengan rapi dan hati-hati sekali. Kadang-kadang saya intip dan merasa gemas sendiri liat baju-baju kecil mungil, kaus kaki yang juga berukuran sangat kecil. 

Saya nggak henti berdoa bahwa saat lahiran nanti adalah waktu terbaik untuk kita. Dalam hal: pertama dan utama, saat kondisi kita berdua sangat siap untuk bisa melahirkan (semoga bisa secara normal) dan tentunya diberi kemudahan, kelancaran dan kesehatan. Amiin. Syukur-syukur bisa melahirkan tanpa rasa sakit yang terlalu menyiksa. Kedua, saat hubby sedang di rumah atau dalam kondisi yang sangat memungkinkan untuk segera pulang ke rumah. Saya ingin didampingi dan ingin dia yang melafadzkan azan di telingamu nanti. Ketiga, di hari saat dr. Marzuqi sedang praktek. Maklum dokternya praktek di dua kota, jadi jadwalnya terbagi. 

Semoga terkabul, Amiin. *sangat berharap. 



Wednesday, January 21, 2015

Diary Bumil #2

Seneng deh weekend kemarin (Minggu/ 18) akhirnya bisa menghabiskan waktu sama Hubby di luar rumah. Setelah seminggu beliau ga di rumah, it was such a worthy quality time.

Sehari sebelumnya, si cabang bayi banyak gerak sampai bikin ga nyaman mak nya. Sehubungan dengan ini, sang emak pun udah dari awal usap-usap perut sambil bilang, "Kita mau jalan-jalan ya, Nak. Jadi yang anteng ya." Seperti yang sebelum-sebelumnya, sang cabang bayi seolah mengerti dan nurut. Seharian dia anteng, kalau pun gerak, geraknya wajar. Dan satu lagi yang penting, sang cabang bayi ga rewel bikin mak-nya bolak-balik kamar mandi. Maklum sejak masuk usia kandungan 5 bulan, gejala rajin bolak-balik kamar mandi pun dimulai. Katanya sih karena ukuran bayi yang kian besar, otomatis menekan kandung kemih sang ibu; yang kemudian berefek pada ingin buang air lebih sering. 

Berhubung hamil dan karena memang tidak banyak pilihan tempat jalan, dan seperti kebiasaan kami sebelumnya dan karena memang ini yang biasa saya minta, Hubby pun mengajak ke mall. Hehehe... Nggak masalah, yang penting pacalan...:D. Sejak pagi Hubby udah menyusun jadwalnya, bahwa jam segini dia ke sini, jam segono dia ke sono, dan jam sekian kita jalan. Deal!

Setelah nemenin Hubby shopping (Ini kebalik ya kan yaa?? Ya nggak sih?? Tapi ini nyata lho! heheh... :D), kami pun nonton di lantai atas mall yang paling sering saya kunjungi ini. Hubby yang milih filmnya, kayaknya sih udah browsing tentang film apa yang lagi diputer di bioskop. Pilihan jatuh pada "Assalamualaikum Beijing"; dan saya cukup menikmati film produksi anak negeri yang berlatar di Beijing ini. Filmnya ringan, diangkat dari novel, dan emang masih ada sedikit unsur sinetron (khususnya dalam hal happy ending) tapi filmnya cukup bikin kenyang dan menghibur. Bikin nangis juga (hehehe... saya mudah terharu memang... :p). Sebelum-sebelumnya, tiap kali nonton bareng, mungkin karena momennya yang emang lagi nggak ada film bagus, begitu keluar pintu bioskop perasaan ada rasa kurang gimana gitu. 

Oh ya, di akhir film, Asma (tokoh utama) yang mengidap suatu penyakit dinyatakan hamil. Penyakit ini membuatnya kemungkinan akan mengalami keguguran. Nah saat sang suami bertanya tentang kesiapannya menanggung risiko itu, Asma yang saat itu tidak bisa bicara karena penyakitnya, menuliskan di secarik kertas coklat: "Dia akan setangguh cinta ayah dan ibunya". 

Senyum sendiri bacanya, sambil usap perut. *Mentang-mentang hamil, berasa sinkron gini... Hahaha.... random deh bumil yang satu ini. :D

Satu lagi, di film ini ada adegan atau argumen antara dua tokoh utamanya (Asma dan panggil aja Cung-cung) tentang kenapa harus ada agama. Menurut Cung-cung bukankah agama yang memicu terjadinya perang dan kerusakan, karena banyak orang mengatasnamakan agama untuk berperang dan melakukan kerusakan. Argumen ini dibantah oleh Asma bahwa orang-orang yang menganut agama itulah yang mengatasnamakan agama itu sendiri, padahal agama tidak menganjarkan demikian. Dan bahwa justru jika tidak ada agama, kekejian dan perang akan lebih parah dan bukan sebaliknya. Intinya begitu lah kira-kira. 

Saat menonton bagian ini, saya ingat dengan pertanyaan Frisca, teman seperjuangan semasa di negeri Hitler dulu. Frisca bilang, kenapa sih manusia diberi hawa nafsu (seks--red.), sementara di satu sisi manusia diharamkan oleh agamanya untuk melampiaskan nafsunya sebelum menikah. Kan hal itu (istilahnya) nyiksa. Dulu waktu denger pertanyaan ini, saya juga bingung dan diskusi kami tidak membawa kemana-mana.

Sampai akhirnya suatu hari saya bertanya pada Ahmad, seorang teman editor yang lulusan IAIN. Ahmad bilang, intinya, justru disitulah seninya, letak ujiannya. Kalau nggak ada nafsu, lalu apa lagi yang harus dilawan atau dikendalikan? Ujian keimanan seorang manusia akan kehilangan maknanya jika tidak ada nafsu. 

Hmmm....lama saya cerna, saya sempat minta Ahmad untuk mengulang penjelasannya. Dipikir-pikir, iya juga ya. Kalau diistilahkan, nafsu ini istilahnya adalah sebagai apa ya, duuuh.... buntu...tapi rasanya ada istilahnya untuk hal semacam ini. Katalisator gitu? Kayaknya bukan deh. Ya, pokoknya gitu lah. 

Selesai nonton, kami sholat dan langsung meluncur ke mall yang satu lagi, untuk makan di Pizza Hut. Ibu hamil yang satu ini, udah lama ngidam makan Fusili-nya Pizza Hut. Jadi jangan heran, begitu seporsi fusili hangat dengan keju yang melumer hadir di depan mata, langsung ludes sodara-sodara. Untuk yang belum pernah ngidam, mungkin nggak kebayang gimana rasanya nemu makanan yang dipengen. Walau pun itu cuma makan bakso ikan kampung, misalnya. Ada rasa puas gimana gitu, hehehe.... Dan kayaknya karena faktor laper juga sih, soalnya sengaja tadi nggak makan siang demi seporsi fusili. Menu lain yang juga dipesan, ludes juga tuh ga nyisa. Wah, ini mah curiga lapar ya!

Selesai makan, mampir bentar di counter seorang teman, terus langsung meluncur pulang. Cuaca Bandar Lampung sore itu bersahabat deh, nggak hujan tapi juga ga panas sedari siang. Nyaman! Sernyaman hati di sore itu...ahiww... ;)











Thursday, January 15, 2015

Diary Bumil #1

Tepat 5 bulan, 2 minggu, 5 hari usia kamu hari ini. (Eh, kamu gerak-gerak begitu tulisan ini dibuat, padahal dari tadi kamu tenang. Mudah-mudahan ini tanda senang dan bukan protes ya, Nak? Ini kali pertama kamu ditulis di blog ini.)

Pukul 5 tadi kita sudah bangun untuk sholat dan mengaji. Lalu ngelamun bentar sambil mandangin kaca, trus buka-buka buku catatan. Pukul 6 kita sudah menuju dapur, makan bubur kacang hijau dan minum susu cokelat. Kemudian kita mencuci. Saat menjemur pakaian di lantai atas, hey Nak, Mataharinya anget banget ya. Sehabis jemur cucian, kita nggak langsung turun. Kita nggak mau melewatkan Matahari hangat hari ini. Kita duduk di atas genting yang menaungi kamar. Lalu kita mengobrol.

Tentang hangatnya Matahari hari ini. Hangat Matahari yang mungkin luput dinikmati dan disyukuri oleh orang-orang yang sibuk menyiapkan diri untuk bekerja. Kita tidak bekerja jadi tidak kalang kabut dari pagi dan beruntung bisa menyerap semangat pagi yang ditebar Matahari pagi pukul 8. Kita yang tidak bekerja saja kadang lupa untuk mensyukurinya.

Tentang doa-doa dan harapan untuk kamu. Ada banyak, Nak. Sampai saya (*kami belum sepakat ingin dipanggil apa olehmu nanti, karena itu masih pakai 'saya') terpikir apa kamu mungkin terbebani oleh harapan dan doa-doa kami. Mudah-mudahan tidak ya, Nak. Karena tiap orang tua ingin yang terbaik bagi anaknya. Sehat. Tumbuh kembang baik dan sempurna baik fisik dan mental (jiwa) di dalam sana. Shaleh. Berbakti pada orang tua. Penyenang hati orang tua. Cerdas (spiritual, intelektual, emosional, sosial, dll). Berakhlak baik. Santun laku dan tutur kata. Jujur lisannya dan terjaga. Dermawan. Berjiwa pemimpin. Jadi anak yang diridhoi Allah dan berezeki baik.

Masih banyak daftar doa untuk kamu, tapi ini yang sering, paling sering disebut.

Tentang keinginan saya untuk kembali menulis. Menulis puisi berbahasa inggris atau apa pun. Lalu mengirimnya ke writing prompts di website asing yang biasa dulu saya ikuti. Ini bermula saat kemarin saya kembali membuka email pengumuman kompetisi menulis dari sebuah website. Kali-kali aja bisa menang, terus jadi terkenal. Hahaha... kita tertawa saat membicarakan ini. Betapa pemimpi sekali ibumu ini. Tapi kemudian saya bilang bahwa semua bisa berawal dari mimpi. Bahwa kamu juga boleh bermimpi, kuncinya adalah mengerjakan segala sesuatunya dengan (melibatkan) hati. Karena katanya, Nak, apa pun yang datangnya dari hati akan sampai (nyentuh) hati lagi. Dan kalau kita sudah menyentuh hati orang, akan lebih banyak kemudahan dan kebaikan datang.

Tentang sinar Matahari yang baik untuk tulang kamu nanti. Karena ia membantu mengolah vitamin D yang sebagian kita dapat dari susu yang tadi kita minum.

Setelah cukup hangat, kita turun dan menyiapkan sarapan. Nyai puasa. Hubby (ayahmu) belum bisa pulang karena masih sibuk kerja, untuk kita katanya. Biar kamu terutama, Nak, tercukupi dengan baik segala kebutuhan dan tidak akan merasakan susah. Nah, jadi kita pun masak menu sederhana untuk kita berdua saja.

Selesai sarapan, Hubby menelpon. Ia berencana tidur pagi ini sebab semalaman bekerja. Semalam sebelum tidur, kami juga saling telepon dan membahas bakal nama kamu nanti dan beberapa hal lainnya. Dan seperti yang sudah-sudah, ayahmu selalu bilang untuk mencantumkan namanya di belakang namamu. Nggak masalah, nama belakang ayahmu kan cukup bagus dan nggak pasaran :D.

Dua hari yang lalu, kamu ingat nggak, kita ke toko buku dan buka-buka sejumlah buku nama bayi islami. Ada banyak sekali. Nanti kita lihat-lihat lagi ya dan pilih nama untuk kamu. Nama adalah juga doa katanya, jadi mesti milih dengan baik. Kita kemarin beli satu buku tipis tentang hypnobirthing--metode melahirkan tanpa rasa sakit. Hypnobirthing berkaitan erat dengan hypnosis yang secara ilmiah sudah terbukti. Metode ini menggunakan afirmasi positif (sugesti) untuk mempengaruhi alam bawah sadar untuk bekerja sesuai afirmasi.

Sejauh ini saya tidak terlalu mengkhawatirkan akan bagaimana nanti sakitnya saat melahirkan. Saya 'belum' terlalu ketakutan untuk hal ini. Mungkin karena belum dekat waktunya. Tapi, jelas saya sudah memikirkannya dan mengantisipasinya dengan membeli buku ini. Mudah-mudahan kita nanti bisa melewati persalinan normal dengan lebih lancar, sehat, aman, tidak terlalu menyakitkan dengan bantuan buku ini. Kita sudah melewati setengah perjalanan untuk bisa ketemu lho, Nak. Nggak kerasa ya?

Saya justru lebih takut akan mengalami baby blues--kabarnya fase yang biasa dialami ibu pasca melahirkan ini akan membuat mereka merasa sedih, cemas, sensitif, galau dan lainnya. Apalagi kemarin, seorang teman bilang bahwa tidak hanya itu; rasa sakit pasca melahirkan, kerepotan dan ketidaktahuan mengurus bayi tanpa pengalaman sebelumnya juga akan jadi tantangan tersendiri. Untuk ini, teman tersebut menyarankan untuk banyak baca buku parenting sejak sekarang. Dan sepertinya itu ide baik, sebab nanti mungkin tidak akan punya banyak waktu membaca seperti sekarang dan agar lebih siap.

Saya juga sempat terpikir bahwa entah kapan saya  bisa bekerja full time lagi, sebab harus mengurus kamu. Ada sedikit rasa gimana gitu. Bukan, bukan keberatan. Hanya gimana pun tetap ada keinginan punya kehidupan dan fungsi lain di luar rumah. Perihal ini, teman tersebut bilang bahwa saat punya bayi, ia justru lebih ingin tidak bekerja. Ia masih sering nangis saat berangkat kerja karena tidak tega meninggalkan bayinya. Hmmm... saya terharu mendengarnya; sampai sebegitunya ya ternyata.


***

Keinginan menulis puisi didahului dengan menulis diary ini. Nggak masalah. Saya justru merasa ada banyak hal terlewat yang belum sempat dituliskan perihal kehadiran kamu. Waktu 5 bulan bukan waktu yang sedikit. Tapi, mungkin kemarin-kemarin ada hal-hal yang harus dibenahi (yang menyita hati dan pikiran, misalnya) hingga tak tergerak untuk menulis setiap perkembangan kamu. Awal kehadiran kamu sudah ditandai dengan cobaan yang nggak mudah. Semoga hal itu nggak menggangu pertumbuhan kamu di dalam sana, justru menjadikan kamu anak yang kuat ya, Nak. Amiin.

Mungkin besok lusa, kita akan cerita tentang awal kehadiran kamu ya. Karena saya juga tak ingin melupa; karena tulisan adalah catatan sejarah diri; karena saya juga berharap kamu bisa membacanya suatu hari nanti, dan tahu bagaimana dan apa saja (meski sedikit) hal yang sudah kita bagi bersama sejauh ini.

Sehat terus ya, Nak.




Wednesday, December 17, 2014

Tentang Kisah yang Tidak Boleh Dicatat

"Konon katanya kertas lebih sabar dari manusia", begitu tulis salah satu sahabat terbaik yang saya punya, Andika. Ia menuliskannya di status Facebook berisi undangan menulis di Reading Lights kemarin.

Tentu saja kertas lebih sabar dari manusia. Dia hanya 'ada', menjadi dirinya. Dia tidak akan menggurui, menghakimi, mengoreksi, dan sok perhatian atau memberi nasehat saat kita mencurahkan apa pun padanya. Dia hanya hadir, sabar merekam. Dan dengan hanya begitu, ia (bisa) membuat kita mengenali dan mengekplorasi sendiri segala rupa perasaan dan (kadang) menemukan ketenangan atau jawaban semua pertanyaan.

Karena kadang-kadang kita hanya butuh didengarkan, dipahami, dan diakui perasaannya; lalu merasa sedikit lebih lega.

Sudah lama sekali saya berhenti menulis diary--merekam sejarah diri, bersahabat dengan kertas. Selama ini saya tidak tahu apakah ada manfaat signifikan menulis diary selain yang tersebut di atas. Setumpuk diary yang saya simpan kadang terasa seperti sampah yang dibuang sayang. Atau memang itu fungsinya; menjadi tempat sampah untuk merekam segala macam emosi: harapan, suka, duka, kegundahan, termasuk pertanyaan-pertanyaan.

Meski saya berhenti menulis diary, rupanya kebiasaan 'mencatat' kejadian tidak berhenti begitu saja. Saya merekam 'catatan sejarah diri' dengan cara lain. Saya menandai kalender, membuka history chat bbm, mendengar rekaman telpon dsb untuk menelusuri kejadian yang saya alami.

Dengan kembali menelusuri catatan tersebut (meski tidak melulu di kertas), saya bisa mengenali penyebab kenapa saya merasa begini atau begitu di beberapa hari, minggu atau bulan yang lalu. Nggak nyaman banget rasanya ketika kita tahu ada yang salah, ada hal yang bikin tidak bisa tidur tapi kita nggak tahu apa sebabnya dan nggak bisa melakukan apa-apa (untuk mencegah, misalnya).

Timbul pertanyaan, jika seandainya saat itu juga bisa membaca penyebab kegundahan, mungkin nggak ya bisa mengubah keadaaan? Atau paling tidak membantu mengadakan tindakan pencegahan? Entahlah.

Sejauh ini, 'mencatat' atau 'merekam' kejadian bisa membantu menunjukkan bahwa firasat atau feeling itu memang ada. Bukan sesuatu yang diada-adakan. Hati bahkan tubuh sekalipun nggak bisa dibohongi. Mereka juga mengirim pesan/pertanda yang nggak boleh diabaikan. Dan ada perbedaan besar antara 'firasat' dan 'kecurigaan'!

Selain firasat, hal di sekeliling pun kadang memberi pesan dan pertanda tersebut. Sebagai contoh, saat hal buruk terjadi, hal-hal di sekeliling menunjukkan tanda-tanda dengan caranya sendiri pada saya: gelang kaki yang tiba-tiba putus sampai 3 kali (sebagai pertanda kejadian sama yang berulang. Saya tidak memakainya lagi karena sudah 3 kali putus, khawatir nanti putus lagi lalu hilang), plang-plang di pinggir jalan yang mengirim pesan dengan caranya sendiri, nomor HP yang error tanpa sebab--nggak bisa nelpon, lalu kalung kesayangan yang putus (sepertinya ini menjadi simbol atas sebuah kejadian fatal dan sangat sangat menyedihkan dalam sejarah hidup saya) dan hal lain yang bisa dirasakan dan dilihat tapi tidak bisa dilabeli apa/kenapa.

Ya, saya termasuk orang yang percaya ada banyak pertanda di sekeliling yang berusaha memberi tahu kita sesuatu. Bukankah katanya semesta tiap detik mengirimkan pesan-pesan yang haus dikenali. Tinggal kita bisa membacanya atau tidak, karena memang tidak mudah.

***

Meski ada kertas yang konon begitu sabar dan dapat dipercaya merekam semua cerita sekalipun, kadang ada hal yang terlalu berat bahkan untuk dituliskan (apalagi secara gamblang). Atau terlalu personal hingga takut bahwa kertas yang sabar dan setia kawan itu pun bisa membocorkannya. Menuliskan atau menceritakannya akan terasa seperti menunjukkan aib, kelemahan diri dan kemalangan yang mengibakan. Sungguh saya tidak mau dikasihani untuk hal yang satu ini. Karena sampai detik ini, ada sedikit rasa bangga dan terutama rasa heran pada diri: betapa ia kuat menanggung beban yang (kemungkinan) bisa membuat orang lain terdaftar di RSJ!

Biarkan hati dan pikiran saya yang memproses semua emosi yang tidak boleh dicatat ini. Waktu akan membantu saya. Mungkin kenangan baru yang manis-manis bisa mempercepat prosesnya.

Semoga cepat sembuh, hati....



*sebuah catatan untuk diri sendiri: selamat diri, sudah menjadi begitu kuat sejauh ini. 





Tuesday, August 19, 2014

Pagi di Pertengahan Agustus

Suatu pagi di pertengahan Agustus
adalah pagi yang gerah:
di dinding kamar, melekat aroma parfum
yang tak henti membicarakan rindu

Suatu pagi di pertengahan Agustus
adalah pagi yang hujan:
di luar, merintik pelan di sepanjang jalan
menggugurkan ingatan tentang gerah
membasuh aroma parfum dengan bau tanah basah

Lalu aku berjingkat bersama hujan,
dengan kaki telanjang, meraba jalan:
dimana kah langit menyembunyikan Matahari,
menyulam pelangi yang tengah kau pandang?  




Tuesday, August 05, 2014

Malaikat di Hari Senin

Dua hari yang lalu saya susah tidur lantaran saya merasa sangaaaaaat marah. Kepala ini rasanya panas. Saya marah karena saya sangat kecewa akan suatu hal. Saya kecewa karena saya pikir saya sudah bisa tenang tentang hal tersebut (yang sudah bukan masalah), tapi nyatanya belum tuntas. 

Saya tidak habis pikir, kenapa hal yang kemarin sudah dihindari, dibenci, dan dibuang agar jangan masuk mengganggu lagi, eh kok bisa-bisanya diundang, dibukakan pintu. Meski pintu yang dibuka hanya sedikiiit saja, saya tidak bisa menerima. Karena sekecil apapun celah yang terbuka, saya khawatir hal tersebut tetap memberikan pengaruh buruk.

Saya hanya ingin pengaruhnya hilang 100 persen--total, karena kemarin sudah mencapai level itu. Saya tidak bisa menerima 80 persen atau 99 persen lagi. Sebut saja saya terlalu menuntut, tapi kalau boleh membela diri, perempuan kurus ini tahu dengan baik apa yang ia perjuangkan. 

Parahnya saya tidak hanya marah pada keadaan, saya bahkan (forgive me for this, God) sempat marah pada Tuhan. Belakangan saya berhenti berdoa dan meminta. Saya malas meminta yang itu-itu lagi. Saya "pasrah" tidak mau banyak meminta lagi karena saya tidak ingin kecewa dan berharap. Saya lelah dengan apa yang saya minta tapi tak kunjung saya miliki sepenuhnya. Saya bahkan tidak sholat subuh kemarin karena sibuk dengan amarah, dan nyaris meninggalkan sholat ashar. AstagfirullahShame on me. 

Meski saya marah pada-Nya, Tuhan masih sayang pada saya. Ia tidak membiarkan saya terlalu lama dalam keadaan sesat seperti itu. Ia mengirimkan seorang malaikat dalam wujud seorang teman baik. 

Ia menggerakkan hati saya untuk menelpon seorang teman lama, Mbak Wati namanya. Ia adalah sahabat yang saya kenal saat bertugas meliput ke Taman Nasional Komodo, NTT lebih dari setahun yang lalu. Tepatnya di bulan Desember 2012. Sejak detik pertama saya melihatnya, hati saya tahu kami bisa menjadi sahabat.

Mbak Wati dan saya, Braga City Walk ,5 Mei 2013.

Dari obrolan telepon selama 1 jam 25 menit dengan Mbak Wati, saya mendapatkan banyak hal yang sudah lama tidak saya dengar. Saya rindu terlibat dengan obrolan seperti kemarin. Lama sekali rasanya tidak tersentuh siraman rohani yang mempertajam sisi spiritual. Saya bersyukur dan merasa 'tercerahkan'. Saya sekaligus mendadak merasa takut bahwa hati saya belakangan kian tumpul. Dan saya tidak suka dengan ini dan tidak mau.

Saya juga merasa malu. Apa yang saya hadapi bukan apa-apa jika dibandingkan dengan yang dihadapi Mbak Wati. Ujian yang harus Mbak Wati lewati sekarang tidak bisa dikatakan ringan dan ia harus melewatinya sendirian, jauh dari keluarga dan sanak saudara. Tapi Mbak Wati punya semangat yang luar biasa dan dengan kepasrahan yang sangat tinggi atas kuasa dan rencana Tuhan.

Mbak Wati juga cerita bahwa pernah ia mempertanyakan kenapa suatu hal yang jadi rahmat untuk semesta alam, malah menjadi ancaman buatnya. Jika tidak kuat iman, Mbak Wati mungkin akan sangat marah pada Tuhan, tapi ia tidak. 

"Mungkin aku adalah orang yang terpilih untuk bisa menjalani ini," kata Mbak Wati, membuat saya trenyuh. Seharusnya saya yang menghiburnya, ini malah saya yang mendapat banyak pelajaran dari seseorang yang sedang kuat-kuatnya diuji dan harus menghadapinya (nyaris) sendirian. 

Mbak Wati mengajarkan saya untuk lebih bisa ikhlas menerima apa pun yang ditawarkan hidup dan yang dilemparkan dunia. Dan terutama menerima dan menjalani rencana yang sudah diatur oleh sebaik-baiknya pengatur rencana. Saya tidak cerita penyebab kemarahan saya pada Mbak Wati, ia tidak tahu menahu sedikit pun. Tapi kata-katanya sangat mengena di hati, salah satunya adalah ini: "Jangan bosen berdoa, mungkin Allah sedang menguji kesabaran, keihklasan dan berbaik sangka Mbak Neni."

Ada banyak obrolan kami. Sempat pula membahas tentang pekerjaan dan perjalanan karir. Dan perihal ini, yang membuat saya terharu adalah bahwa malaikat yang dikirim di hari Senin malam ini bilang bahwa ia sangat respect pada saya dengan potensi yang saya punya. Dan ia heran bagaimana bisa saya tidak respect/menghargai diri saya sendiri dan tidak menyukuri apa yang saya punya dan apa yang sudah saya lewati. 

Tulisan kecil ini adalah rasa terima kasih saya pada Mbak Wati. Terima kasih sudah datang dan menarik saya pada kesadaran positif. Sungguh pengetahuan dan pondasi spiritual adalah yang paling menenangkan; mengajarkan diri untuk lebih ikhlas menerima dan berserah diri. Saat kita menerima dan pasrah, apa pun akan terasa ringan dan mudah. 

Dan saya berharap, suatu hari nanti saat saya sedang merasa jatuh, marah, atau merasa kecil, saya akan dituntun untuk menemukan dan membaca tulisan ini lagi. Tentunya dengan begitu, saya ingin kembali mendapatkan pencerahan yang memulihkan semangat, bahwa apa pun yang kita lewati (pahit dan manis) adalah yang terbaik dan yang kita butuhkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Amin. 





Monday, June 30, 2014

Free Writing Bersama Caca & Lala: Pizza Rasa Cinta!


Bisa dibilang ini kali pertama saya menulis bersama anak-anak. Siapa sangka, ternyata saya pun belajar beberapa hal dari mereka.

Suatu pagi menjelang siang (24/6), Caca masuk ke kamar sambil main game di HP saya. Saya pun melihat kesempatan mengajak Caca dan Lala untuk menulis bersama. Awalnya saya cerita pada Caca bahwa saya sering mengirim kuis ke majalah sewaktu masih kecil dan mendapat hadiah. Saya juga menulis artikel dan pernah dimuat juga, bahkan saya bisa jalan-jalan gratis karena saya menulis. Lalu saya menunjukkan buku kumpulan cerpen bersama teman-teman klub nulis di Bandung berjudul A to Z by Request--buku yang diterbitkan pertama yang mencetak nama saya, meski hanya menyumbang 1 cerpen saja.

Melihat nama saya tertera di sana, Caca tertarik membacanya. Ia pun membawa buku tersebut ke ruang tamu. Tak lama, mamanya datang dan melihat buku tersebut. Eh, kakak ipar pun tertarik membaca dan meminjamnya untuk dibawa pulang. Caca sempat bilang, "Yah bukunya dibawa Mama, padahal Caca pengen baca."

Mendengar ini, saya lalu mengajaknya untuk belajar menulis saja. Saya menceritakan bahwa konsepnya akan sama dengan kegiatan menulis bersama dengan teman-teman di klub nulis. Meski ragu-ragu, Caca akhirnya mau juga, termasuk Lala yang baru masuk kamar.

Seperti yang sudah disebutkan, prosedurnya mengadopsi apa yang saya praktekkan di klub nulis RLWC. Thanks to RLWC. Saya menentukan tiga tema (cupcakes, pizza, dan boneka anjing) yang ditulis dikertas lalu digulung dan diundi. Saya kasih waktu 10 menit. Selesai menulis, kami membacakan karya kami secara bergantian sesuai hasil 'hom-pim-pah'. Saya juga merekam suara mereka membacakan tulisan masing-masing.

Pada sesi pertama, Lala mendapat giliran pertama membaca. Ia begitu malu-malu membacakan ceritanya. Saat menulis pun ia banyak komentar, "Nulisnya gimana?" Saya mengusulkan, "Ya tulis aja, apa pun. Tulis aja 'duh nulis apa ya, misalnya.". Alhasil, tulisannya pun singkat saja. Di bawah ini nanti adalah tulisannya yang kedua. Setelah mendengar tulisan Aunty dan kakaknya, ia jadi lebih bersemangat menulis. Kami bahkan melewati 4 atau 5 kali sesi menulis, karena Lala minta nulis lagi dan lagi.

Berikut adalah beberapa hal yang saya pelajari kemarin:

Jujur dan apa adanya adalah hal pertama khas anak-anak. Itu pula yang saya rasakan saat saya mendengar tulisan mereka. Ada kesan tersendiri yang ditangkap oleh indera saat saya mendengar cara mereka menerjemahkan tema ke dalam tulisan.  

Meski sederhana, Caca bisa menuangkan idenya tentang "Cupcakes" di kertas dengan lancar dan jujur. 

Tulisan Caca, tema "Cupcakes"
Selain tulisan singkat di atas, Caca juga bahkan bisa menulis cerpen utuh dan selesai sebelum waktu yang ditentukan habis. Cerpen yang juga membuat saya terkesan, meski sederhana khas anak-anak. Saya tidak menyangka akan bakat mereka. Saya langsung membandingkan dengan diri sendiri; saat saya seusia mereka, belum tentu saya bisa menulis seperti itu.

Dari kegiatan menulis bersama ini, tentu saya juga berkesempatan mengenali emosi, perasaan, dan keinginan mereka. Saya jadi tahu, bahwa Caca belum pernah makan cupcakes dan bertanya-tanya seperti apa rasanya. Saya sempat bilang bahwa nanti kami akan belajar bikin cupcakes. Mereka sangat bersemangat dan terus menagih janji saya. Sayang saya belum bisa memenuhinya. Belum browsing resep dan bahannya saya belum tahu harus cari ke mana. Tapi dari game yang mereka mainkan, mereka menuliskan untuk saya resep cupcakes, hanya saja tidak ada takaran untuk tiap bahan. Duh, jadi makin merasa berdosa belum bisa ngajak mereka bikin. 

Saya jadi lebih mengenal mereka melalui media tulisan. Jika tidak melewati kegiatan ini, saya mungkin tidak pernah tahu bahwa Caca belum pernah makan cupcakes dan ia bertanya-tanya seperti apa rasanya. 

Saya juga jadi tahu bahwa meski masih kecil, Lala mengerti makna kata "Kecewa" dan bisa mengungkapkan makna kecewa dengan apik dalam sebuah cerita. Selama ini, Lala tampak jarang mengungkapkan emosinya. Ia banyak diam tapi diamnya adalah memperhatikan. Ia sangat peka terhadap lingkungan serta keadaan dan perasaan orang lain. Tapi ia jarang bicara tentang dirinya, keinginannya apalagi emosinya. Mendengar ia membacakan tulisan kecewa, saya (lagi-lagi) terkesan. 

Dalam tulisannya, tokoh aku menantikan kejutan ultah. Aku bahkan berpikir untuk berdandan cantik demi menyambut kejutan. Eh,di akhir cerita, aku harus kecewa karena kejutan yang ditunggu tak datang sebab ayah dan mama sangat sibuk. Kasian.... Saya langsung menanyakan kapan ia akan ultah, dan berjanji dalam hati akan mengingatnya. 

Tulisan Lala, tema "Kecewa"

Saya pernah membaca bawasannya feeling message atau ungkapan perasaan tentang apa yang kita alami (atau cara kita memaknai sesuatu) akan jauh lebih mengena dan menarik untuk didengar dari pada hanya ungkapan fakta tentang apa yang terjadi. Di dalamnya terdapat emosi. Feeling message memberi kita kesempatan untuk mengenali emosi seseorang lebih jauh. Hal ini terbukti saat saya mendengar setiap tulisan pengalaman mereka.

Selanjutnya yang saya pelajari saat menulis bersama mereka....hmmm... mungkin kalian pernah mendengar tips menulis bahwa sebelum menulis adalah penting menentukan siapa yang akan membaca tulisan kita (target pembaca). Selama ini, saya tahu tentang ini tapi sepertinya tidak sungguh-sungguh menerapkannya. Pentingnya tips ini baru sangat saya sadari saat saya menulis bersama mereka. Saat saya tahu pasti bahwa tulisan saya ditujukan untuk mereka atau tahu pasti siapa yang akan mendengar (atau membaca) tulisan saya, otomatis gaya bahasa, sebutan, dan cara saya menulis sudah terbentuk sejak awal.

Di tulisan saya yang bertema "Pizza", saya memilih memakai sebutan Aunty (panggilan mereka untuk saya), paman (panggilan untuk hubby-ku) dan Nyai (panggilan untuk nenek mereka) dan bukannya menyebut 'aku', 'hubby-ku', 'mama mertua-ku. Ada perbedaan besar hanya dengan mengganti panggilan (sebutan untuk tokoh) lantaran sudah tahu siapa target pembacanya--terkesan lebih spesifik dan lebih dekat.

Saya menulis: 
Suatu hari, paman pulang bawa pizza ukuran besar. Yummy. Pizzanya rasa sapi lada hitam. Enak deh. Rasanya hampir mirip semur daging buatan Nyai. Saat Aunty dan Paman makan pizza, Nyai datang. Nyai pun ditawari pizza, tapi langsung menolak. 

Akhirnya ya udah deh, Aunty pun makan 2 potong besar pizza, eh malah 3 potong! Besoknya, Aunty juga sarapan pizza. Pizzanya masih bagus kok, soalnya Aunty simpan di kulkas. Saat ingin dimakan, pizzanya dihangatkan dulu di rice cooker...... dst.

Oh ya ada kejadian lucu tentang tulisan pizza ini. Rupanya kalimat pembuka tulisan ini sangat melekat di ingatan Lala. Hingga, saat kami sudah selesai menulis dan sedang duduk bersama, Lala mengulang kalimat pembuka tersebut, "Suatu hari paman pulang bawa pizza...."

Mendengar ini kontan saya bertanya, "Terus...? Pizzanya rasa apa?" Karena di tulisan saya, rasa pizza adalah kalimat lanjutannya. Saya ingin menguji ingatannya.

Belum sempat Lala menjawab, Caca nyeletuk dengan entengnya, "Rasa cintaaaa...."

Hahaha.... Pizza rasa cinta! Kami tertawa bersama mendengarnya.

Di tulisan lain, saya menutup tulisan dengan sebuah pertanyaan. Dan selesai saya membacanya, mereka langsung menjawab pertanyaan saya tersebut. Mungkin mereka merasa harus menjawabnya, sebab merasa tulisan saya ditujukan untuk mereka. 

***

Sudah lama saya tidak mempraktekkan free writing bersama. Kegiatan kemarin menjadi semacam nostalgia, hanya saja teman menulisnya anak-anak. Karenanya, saya 'mengalami' dan belajar beberapa hal baru. 








Saturday, June 28, 2014

Seminggu Bersama Caca dan Lala

Seminggu belakangan, sejak hubby terbang ke pulau nun jauh di sana, ada dua keponakan yang menginap di rumah sini. Ada Caca (10 thn) dan Lala (7 tahun).

Meski mereka lebih banyak sibuk main game di Ipad pamannya (hubbyku--red.) atau di HP saya, kehadiran dua bocah yang sedang libur sekolah ini membuat ramai rumah. Ada saja tingkah atau celotehan mereka yang membuat tertawa, terheran-heran, takjub, juga termasuk kesal. Tapi, kesan tersebut yang membuat hari-hari belakangan jadi lebih 'kaya'--kaya dalam hal emosi, cerita dan lainnya. 

Saat bangun pagi, hal pertama yang mereka cari adalah Ipad, dan sebelum tidur hal terakhir yang mereka lakukan adalah men-charge Ipad agar bisa langsung dipakai esok paginya. Sarapan Ipad. Bisa dibilang mereka hanya berhenti ketika harus makan, mandi atau ketika Nyai (panggilan untuk nenek mereka a.k.a mama mertua) mereka melarang. Saat Caca yang pegang Ipad, Lala akan pegang dan main game di HP saya dan sebaliknya. 

Meski hampir seharian mereka sibuk dengan game masing-masing, mereka tak pernah membiarkan saya berlama-lama sendiri. Terlebih lagi Lala. Setiap saya masuk kamar, bisa dipastikan tak lama ia akan masuk dan menyapa. Sambil membawa Ipad ia akan berbaring main game di dekat saya. Pernah pagi-pagi sekali, ditengah kesibukan main game, tiba-tiba ia mencium kening saya. Tanpa rasa berdosa. Saat saya memandanginya, ia hanya tertawa malu. Kadang saya menggodanya, "Siapa yang sayang aunty?" Lalu Lala dengan cepat menjawab, "Nggak ada."

Pernah juga suatu kali ia masuk (tanpa Ipad di tangan sebab dipakai oleh Caca), hanya untuk bertanya "Aunty kok ga keluar-keluar kamar?" Atau beberapa kali, ia sekedar datang memeluk atau ragu-ragu menciumi pipi aunty-nya yang sibuk dengan HP.

Bahkan ketika di depan TV; saat Ipad di tangan Caca, dapat dipastikan Lala akan nempel pada saya; memeluk lengan saya atau kadang-kadang melotot pada saya saat saya menasehati ia, misal saat saya menyuruh mandi atau makan atau melarang ini itu. Kami juga pernah adu melotot tapi sambil tertawa-tawa. Pokoknya kalau aunty-nya tampak diam, Lala tidak akan tinggal diam. Dengan caranya sendiri ia berusaha 'ada' untuk saya. Saya merasa disayang.

Lain Lala, lain Caca... Caca lebih sering membuat saya takjub dengan pertanyaan-pertanyaannya. Pernah dia bertanya, "Aunty, emang kalau cokelat diliatin aja bisa abis ya?" Hahahah.... Bagaimana cerita cokelat dipelototin bisa abis?

***

Sebagai orang dewasa (ceileehh...), saya prihatin dan merasa bersalah melihat mereka sibuk dengan game. Saya mengadili diri saya sendiri "Aunty macam apa saya ini, ga bisa mengajak mereka melakukan sesuatu yang bisa mengalihkan mereka dari game."

Dengan pendekatan pelan-pelan, saya berhasil mengalihkan mereka. Meski tak banyak pengalihan yang saya lakukan, paling tidak porsi main game mereka berkurang. Hari Selasa kemarin (24/6), kami melakukan ritual menulis bersama. Saya tidak menyangka dengan kemampuan mereka menulis, terlebih Caca. Ia bahkan menulis cerpen utuh hanya dalam waktu sekira 15 menit.

Konsepnya sama dengan klub nulis yang saya ikuti; pertama akan ada tema yang diundi, setiap orang mendapat satu tema dan harus menulis dengan tema tersebut selama waktu yang ditentukan, lalu akhirnya setiap orang akan membacakan masing-masing tulisan karyanya.

Lala yang tadinya malu-malu dan ogah-ogahan jadi ketagihan menulis. Aunty-nya sudah bosan dan ngantuk, ia masih semangat ingin nulis lagi. Saya akan ceritakan karya mereka dan apa yang saya pelajari dari mereka, khususnya tentang menulis, di tulisan terpisah.

Kami juga membaca buku bersama. Caca menghabiskan novel tebal Sundea, berjudul "Dunia Adin" dalam 2 hari. Woww... Aunty aja butuh waktu berminggu-minggu. Kalau Lala ini manja, dia nggak mau baca sendiri. Saya pun membacakannya cerita dari "Salamatahari". Saya minta ia memilih sendiri cerita mana yang ingin dia dengar dengan melihat daftar judul-judul. Sejak itu, besoknya ketika akan tidur, dia akan bilang, "Salamatahari...." sambil menyodorkan buku kecil yang tadinya hanya dimain-mainkan pita kuningnya. Saya akan membacakan 2 atau 3 cerita, lalu ia pun tidur.

Kadang ia masih mengganggu saya, saat saya sibuk menerima telpon pamannya atau bbman dengan teman. Jadi dia yang balik nyuruh tidur, ya usap-usap pipi atau pencet-pencet hidung saya, sambil curi-curi cium pipi malu-malu. 

Pernah ia bilang sambil mencet hidung, "si pesek..."
"Siapa yang pesek?" tanya saya.
"Aunty..."
"Emang  Lala mancung?"
"Enggak...hehehehe..."
Saya pun terbahak mendengarnya. 

Pernah saya suruh ia lekas tidur sementara saya sibuk bbman, dia bilang: "Enggak. Saya nggak mau tidur. Saya belum siap."

Ealaaahhh....apaaa kali? hahaa....

Kami juga sempat bikin kue bersama. Mereka ingin sekali bikin cupcakes, tapi sayang saya belum bisa merealisasikan. Awalnya karena tulisan Caca yang bertema tentang cupcakes. Saya menjadikan cupcakes sebagai tema karena mereka suka main game cupcakes. Di akhir tulisan, Caca bilang belum pernah makan cupcakes. Lalu tercetus dari saya, "Mau bikin nggak? Tar kita bikin."

Dan sodara-sodara, jangan pernah menjanjikan apapun pada anak-anak karena mereka akan ingat dan menagih janji. Karena bahannya susah kayaknya, saya tawarkan bikin kue kering, mereka juga excited. Tapi sayang alatnya nggak ada. Lalu Lala meminta, "Bikin kue bolu aja, Aunty. Pake keju dan susu." Jadilah bikin bolu tapi bolu gula merah dengan sedikit keju, hahahaa....

Mereka saya beri tugas, Lala parut keju, Caca ngayak tepung, dll. Di tengah proses bikin kue, yang marut keju nyerah karena kejunya susah diparut dan beralih jadi seksi dokumentasi, motretin aunty dan kakaknya.

Pernah kami nonton Aksi Junior Indosiar, dimana ada penceramah cilik bernama Asep. Nah, selama Asep ceramah, Lala sibuk mukul-mukulin bantal kursi ke mukanya atau dilempar-tangkap beberapa kali. Saya sempat melarang karena debunya keluar semua nantinya. Saya nggak mikir aneh-aneh tentang sikap Lala.

Lalu tiba-tiba, Caca nyeletuk begini: "Kenapa sih, La kamu La? Orang lain yang ceramah kok kamu yang malu."

Mendengarnya, saya terbahak. Saya pun ikut-ikutan menggoda Lala, "Oooh...jadi Lala suka Asep ya?" Tentu saja pertanyaan ini langsung disangkal mentah-mentah sambil melotot-melotot ga jelas.

Kami juga main game Tebak Gambar bersama. Game ini kadang-kadang bikin bingung. Kalau udah bingung gamenya dialihkan ke game lain, nanti dibuka lagi, dibahas dan didiskusikan bareng-bareng jawabannya. Setelah diendapkan, sering bisa kejawab deh.

Dan masih banyak lagi 'keajaiban' mereka yang meramaikan suasana dan hari-hari saya, khususnya seminggu ini.


Tadi siang mereka pulang. Dan rumah langsung sepi. :(




NB:
Saya ingin mengingat momen bersama mereka karena itu saya menuliskannya. 



Monday, June 23, 2014

Kenangan yang Nyaris Hilang: Pulau Lembongan Bali

Pulau Lembongan sepertinya tidak terlalu akrab ya di telinga kita. Tapi, mengunjungi pulau ini saat kalian berkesempatan ke Bali akan memberikan pengalaman tersendiri. 

Pemandangan sepanjang jalan menuju Pulau Lembongan

Pulau Lembongan memang agak jauh dari pusat pariwisata Bali, untuk mencapainya harus naik perahu kayu atau speedboat dari Pantai Sanur. Atau bagi yang berkocek tebal bisa menikmati kemewahan jasa cruise (kapal pesiar) yang memang menyediakan jasa mengunjungi pulau tersebut, lengkap dengan kemewahan lain yang bisa dinikmati di cruise-nya itu sendiri. Dibutuhkan waktu sekira satu jam dengan cruise atau speedboat dan 1,5 jam dengan menumpang perahu kayu untuk tiba di pulau tersebut. 

Meski saya tidak berkocek tebal, beruntung saya bisa mengunjungi pulau cantik di Tenggara Bali ini dengan menumpang cruise, Bali Hai II Reef Cruise namanya. Tiket menunjukkan harga Rp800.000,00 dengan mendapat fasilitas untuk menikmati hampir semua kesenangan yang ditawarkan di cruise (banana boat, snorkeling, scuba diving, village tour, coral viewer, makan siang, dll). Fasilitas seperti parasailing tidak termasuk dalam paket ini. 

Bisa dibilang saya beruntung ya bisa naik cruise gratis, tapi sayangnya sebab saya sedang bekerja (meliput--red.) maka semua kesenangan tersebut tidak bisa sepenuhnya saya nikmati. Lah wong saya harus kerja nenteng-nenteng kamera dan mengabadikan gambar. 

salah satu ruangan cruise. pemandangan air laut dengan biru sembpurna dari dalam pesiar....
Ada rasa bangga tapi juga sedih sekaligus saat saya naik cruise ini. Pasalnya hampir semua penumpang cruise (mungkin 99%) adalah bule. Orang Indonesia hanyalah para pekerjanya. Saya sempet mikir jangan-jangan hanya saya penumpang yang orang Indonesia. Lalu, saya melihat satu keluarga Indonesia saja. Orang Indonesianya ke mana? Apa kurang mampu atau memang ga tertarik ya? Kalau karena kurang mampu bayar cruise yang mahal, miris amat ya... Keindahan alam kita hanya untuk orang asing. Dan kita hanya jadi pekerja, termasuk saya yang naik karena urusan kerja. 

Tufa dan suami menikmati banana boat, saya menonton. Lalu...lalu....eh ada coral viewer. Karena tak harus berbasah-basahan dan tetap aman dengan menenteng kamera, saya ikut naik fasilitas ini. Coral viewer ini memungkinkan kita bisa melihat alam bawah laut tanpa berbasah ria (tanpa harus bersnorkeling atau diving). Coral viewer memiliki ruang yang memungkinkan kita duduk manis di bangku kayu, kedua sisi ruangnya tembus pandang dan langsung menampilkan pemandangan bawah laut di kedalaman lebih 10 meter. Nah, jadi begitu masuk coral viewer, kita akan langsung turun tangga yang mengantar kita ke ruangan bawah laut tersebut. 

ini dia coral viewer
Kesenangan melihat ikan-ikan sambil muter-muter di sekitar cruise utama ini hanya berlangsung 15 menit. Saya bisa melihat banyak ikan kecil-kecil tapi sayang ga bisa difoto. Sayangnya pula, terumbu karangnya kurang indah. Menurut seorang pegawai (orang Bali), yang datang menemani saya duduk, dulunya karang di sini banyak, tapi karena apa ya lupa, jadi banyak yang rusak. Pegawai cruise ini lumayan lama juga ngajak ngobrol padahal saya lagi malas berbasa-basi. Tapi berhubung saya lagi kerja, lumayan juga cari-cari tambahan informasi dari beliau, seperti tanya-tanya tentang kedalaman coral viewer yang kami tumpangi, penyebab rusaknya terumbu karang di sekitaran, dll.

Selesai makan siang, saya mengajak Tufa dan suaminya untuk ikut village tour ke Pulau Lembongan. Cruise tidak menuju ke pulau ini, ia hanya berenti (stand by) di pontoon (kira-kira tempat parkir gitu deh). Kami harus menumpang speedboat lagi untuk sampai di Lembongan. Jadwal village Tour setiap 1 jam sekali. 

cantiiik...
Seorang tour guide sudah menyambut kami. Rombongan terdiri dari sekira 10 orang. Banyak rumput laut tampak dijemur di sepanjang jalan perkampungan di Pulau Lembongan. Memang banyak penduduk yang bekerja sebagai petani rumput laut.

Kami juga di antar melihat pohon yang usianya ratusan tahun, di dekat pohon banyak terdapat kuburan sementara orang-orang Bali yang belum bisa di Ngaben karena alasan biaya. Maklum biaya Ngaben bisa puluhan juta, dan sebelum dana itu terkumpul, jasad dikubur sampai waktunya nanti di bakar dengan upacara Ngaben. Bisa sampai belasan tahun, jasad tersebut belum bisa diNgaben-kan.


rombongan tour
Tour berlangsung sekira 45 menit. Kami berjalan menyusuri kampung; melihat puskesmas, mengobrol bersama pengrajin tenun ikat, melihat anak manjat pohon. Untuk para turis asing, atraksi ini menarik. Beberapa dari mereka mencoba ikut memanjat pohon dan tertawa-tawa riang karenanya. Kami juga mengunjungi toko yang menjual kain khas tradisional. Kami disuguhi air kelapa muda di toko ini. 

Selesai village tour, kami duduk di sebuah warung sambil menunggu boat yang menjemput datang. Tidak merasa bosan-bosan amat karena pemandangannya menyejukkan mata, menyenangkan hati yang gundah gulana... *apa coba? hehe....

kami duduk di bawah warung tepi pantai menunggu jemputan dan dimanjakan dengan pemandangan cantik ini
***

Kenapa kenangan ini saya bilang nyaris hilang? Saya bahkan lupa nama pulau yang sempat saya kunjungi dengan pesiar tersebut, kemewahan yang (seharusnya) bisa saya nikmati dan secara gratis pula, serta keindahan alam yang (seharusnya) sangat mengesankan saya, dan kenangan lainnya yang seharusnya terekam baik di memori mereka yang suka jalan-jalan. 

Untung ada tulisan news di web Kemenparekraf yang menjadi dokumentasi singkat perjalanan ke sana. Dari artikel tersebut, saya bisa menggali ingatan saat ke Lembongan. Ini link nya di sini

Semua hal yang sebelumnya menjadi impian dan membuat iri banyak pecinta jalan-jalan itu jadi tidak penting dan nyaris terlupakan (karena tidak dinikmati) dan sebabnya adalah karena... GALAU. Heheheh... jadi pada akhir Januari 2013 itu adalah masa yang sangat rentan (ceileh); istilahnya mah badan di mana pikiran ke mana... (aduhai curcol).

Uppss... sebelum jadi curhat colongan, dan karena galaunya sudah lewat, jadi mending bahas latar belakang penugasan saya ke sana.

Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, akhir Januari 2013, saya ditugaskan meliput dan menemani kegiatan pemenang lomba lari New York Marathon yang berlibur ke Bali, namanya Tufa dari Ethiopia. Apa hubungannya New York Marathon dan Bali dan saya? 

Jadi ceritanya ajang New York Marathon itu kan ditonton ratusan juta penduduk dunia, nah, Kemenparekraf melihat ini sebagai peluang besar untuk mempromosikan keindahan dan pariwisata Indonesia (khususnya Bali). Kemenparekraf pun menjadi salah satu sponsor untuk event dunia tersebut dengan memberi hadiah gratis jalan-jalan bagi pemenang lomba marathon. Dengan harapan, keindahan Bali akan kian tersiar melalui cerita pengalaman para pemenang lari yang diundang berlibur gratis ke Bali. 

Saya menemani mereka selama 3 hari di Bali, termasuk sehari perjalan PP ke Yogyakarta. Kala itu saya masih menjadi copywriter untuk konten website resmi Kemenparekraf. 

Demikian. :)




Wednesday, May 28, 2014

Senyum Karyamin dan Surabanglus = Mood Susah

Kemarin saya membaca sebuah buku kumpulan cerpen karya Ahmad Tohari, "Senyum Karyamin". Saya sudah membelinya beberapa waktu lalu, tapi baru sempat membaca. Saya pikir saya ingin mengenal Tohari dari cerpennya terlebih dahulu. Saya penasaran dari dulu tentang bukunya yang berjudul "Ronggeng Dukuh Paruk" tapi belum juga berkesempatan membaca. Pernah menonton filmnya, meski tidak secara intens (baca: konsentrasi) dan tidak tertarik. Dan itu belum juga mengubah kenyataan bahwa saya belum membaca bukunya itu.

Nah, dari pengantar kumpulan cerpen ini saya sudah merasa bahwa cerpen-cerpennya akan tentang kesusahan wong cilik, rakyat jelata yang berjuang hidup sehari-hari dan ketidakadilan hidup yang mereka tanggung. Dan rupanya dugaan saya tidak meleset.

Kumpulan cerpen ini dibuka dengan "Senyum Karyamin"--judul yang dijadikan judul buku. Berkisah tentang Karyamin, seorang kuli yang mengambil batu kali untuk dijual pada tengkulak. Gaya berceritanya memang menarik, kita diajak mengenali tokoh dan masalahnya dengan pertama-tama diceritai tentang kondisi tubuh Karyamin yang lemah karena belum sarapan. Ia berkali-kali jatuh berikut batu yang diangkutnya sebab lemah. Hingga akhirnya memutuskan pulang, karena disarankan pula oleh kawan-kawannya. Dari obrolan kawan-kawan tersebut, kita diajak lebih mengenal Karyamin, istrinya, tengkulak yang telat membayar, dsb. Celotehan mereka hanya ditimpali senyuman oleh Karyamin.

Saat memutuskan pulang, Karyamin menolak tawaran nasi pecel tak jauh dari sungai sebab ia tak ingin berhutang pada sang pedagang. Pedagang itu pun menanggung hutang para kuli batu yang belum bisa membayar sebab tengkulak tak kunjung memberi upah. Cerpen ini berakhir miris saat dalam perjalanan pulang, petugas desa meminta Karyamin membayar sumbangan untuk korban kelaparan di Afrika. Helllooo...korban kelaparan di Afrika? Sementara Karyamin sedari pagi menahan lapar hingga mata berkunang-kunang dan harus pulang. Karyamin tertawa saat mendengarnya bukan lagi tersenyum, dan saat itu pula tubuhnya ambruk jatuh ke jurang.

Tragis.

Dan oke saya masih penasaran dengan cerita berikutnya. Saya melahap kisah kedua, ketiga, dan keempat berjudul "Surabanglus". Surabanglus rupanya adalah sebutan untuk singkong beracun yang dibakar oleh dua orang tokoh (dianggap sebagai pencuri kayu) yang kelaparan sebab bersembunyi dari kejaran polisi hutan. Seorang tokoh menyadari bahwa singkong tersebut beracun sebelum sempat memakannya. Tokoh ini melarang temannya untuk makan singkong tersebut, dan ia kemudian berhasil turun gunung mencari makanan sebab temannya sudah sangat lemah menahan lapar. Pada akhir cerita, surabanglus tinggal kulit saat tokoh tersebut berhasil kembali membawa makanan. Ia memeluknya temannya yang meregang nyawa karena memamah surabanglus. Tak kalah tragisnya dengan kisah Karyamin.

Dan saya merasa cukup membaca buku kumpulan cerpen ini. Saya tidak mau melanjutkan membaca karena empat kisahnya sudah membuat mood saya ikut susah.



*Salut for Tohari.

Wednesday, April 23, 2014

Menakjubi Kanawa

Kanawa Island atau Pulau Kanawa mungkin tidak terlalu akrab di telinga, apalagi jika dibandingkan dengan Pink Beach yang pasirnya berwarna sesuai namanya itu. Meski begitu, pulau cantik ini layak dikunjungi dalam rangkaian perjalanan Anda menjelajahi kehidupan liar TNK. Ya, pulau ini berada dalam kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) di Nusa Tenggara Timur. Di kawasan inilah satu-satunya habitat alami komodo di dunia. Karena keunikannya, TNK pernah dinominasikan dalam daftar tujuh keajaiban dunia.

Saya berkesempatan mengunjungi Pulau Kanawa pada awal Desember 2012 bersama pemenang quiz yang diadakan Kemenparekraf. Saya ditugaskan meliput kegiatan perjalanan tersebut dan menuliskan beritanya. Kami berkesempatan menjejak Kanawa setelah mengunjungi Pulau Rinca yang merupakan salah satu dari 3 pulau yang menjadi habitat alami komodo. Dari Pulau Rinca, Pulau Kanawa dapat ditempuh dengan menggunakan speedboat sekitar....ehhhmmm berapa lama ya.... agak lupa.... mungkin sekitar 45 menit. 

Selain cantik, di pulau ini kita juga bisa berenang dan snorkeling. Airnya yang biru kehijauan itu duuuh jernihnya sungguh mengundang untuk diselami. Alam bawah lautnya memang kalah indah jika dibandingkan Pink Beach. Tapi perlu kalian tahu, berhubung saya belum pernah snorkeling dan butuh latihan, pelatih dadakan snorkeling saya bilang bahwa snorkeling di Pulau Kanawa adalah momen tepat untuk berlatih menyiapkan diri snorkeling di Pink Beach keesokan harinya. "Nyesel kamu kalau ga belajar snorkeling di sini, besok di Pink Beach itu lebih bagus." 

Mendengar ini saya pun semangat belajar snorkeling, beberapa kali rasanya mual ingin muntah setiap kali snorkel (selang atau apa itu namanya) dimasukkan ke mulut agar saya bisa leluasa bernapas dan melihat pemandangan bawah laut. Susahnya bernapas lewat hidung. 

Sebelum menakjubi bawah lautnya, yuk intip kecantikan pulau ini.

Picture speaks a thousand words. So, enjoy the beauty of this island since the first time you step your feet on the nearest jetty.


Welcome di Pulau Kanawa; speedboat nya parkir di sini ya...
Untuk sampai ke pulau, kita harus melewati jetty yang tampak eksotik ini. Dan jangan lupa buka mata lebar-lebar, rekam keindahan pemandangan sekitar: bukit gundul, barisan cottage di kejauhan, langit biru yang maha luas, dan birunya laut yang menenangkan. :)

Exotic wooden jetty
Jukung biru ini langsung menarik perhatian saat masih di parkir di dekat jetty. Eh, ternyata ada yang punyanya.
two fishermen
 Ayo, kita makin dekat dengan pulau. Makin cantik kan?

What a beautiful scenery, right?
Birunya laut dibingkai gugusan pasir putiiiiih bersih, lalu berlatarkan langit yang juga biru; aduhai siapakah gerangan pelukisnya?
kuning. ngambang. :D
Hup, sesampainya di ujung jetty, nih tulisan penanda Pulau Kanawa siap menyambut. Jangan lupa foto-foto narsis di sini. Saking sibuknya foto-foto, tas kamera ketinggalan tergantung di sini. Untung ada yang bawain.


Saya tidak tahu nama pohon ini apa, tapi pohon ini lah yang banyak terdapat di sini. Rindang dan teduh; pas untuk bersantai selagi menikmati pemandangan alam dan atau sesudah snorkeling.

Dan lihat, ternyata jetty-nya lumayan panjang ya. Jangan lupa pakai sunblock karena saat melintasinya atau saat berenang, Matahari akan memandikan kita dengan cahayanya tanpa ampun.


siap-siap snorkeling
snorkeling di laut jernih biru kehijauan.

ngintip dari balik pohon tepi pantai
Transportasi:
Untuk tiba ke Pulau Kanawa ini, sebelumnya kalian harus terbang dengan pesawat kecil dari Denpasar, Bali menuju Labuan Bajo, NTT. Perjalanan ditempuh selama kurang lebih 1 jam. Dari Labuan Bajo, pergilah ke dermaga, dan penjelajahan bisa dimulai dari sini. Tidak hanya kehidupan hutan liar berikut satwa endemiknya yang terancam punah (komodo) dan satwa liar lainnya, keindahan pantai di bagian Timur Indonesia akan menjadi destinasi yang tak mudah dilupakan.

Nah, besok saya akan menuliskan pengalaman yang mengesankan saat saya menyelami keindahan bawah laut Pink Beach. Sensasinya melekat dalam kenangan karena sangat kuatnya kesan yang saya dapat kala itu.  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...